Asal Minyak dan Gas Bumi



Mengenai cara terjadinya minyak dan gas bumi tidak saja merupakan suatu problema yang bersifat akademis bagi seorang ahli geologi, akan tetapi juga mempunyai kepentingan langsung bagi eksplorasi. Misalkan saja jika orang percaya bahwa minyak dan gas bumi dibentuk secara anorganik dari magma, tentu pencarian minyak bumi akan dipusatkan pada daerah yang diintrusi oleh batuan beku atau daerah dengan aktivitas vulkanik. Tetapi di lain pihak, jika kita percaya bahwa minyak dan gas bumi itu terbentuk dari jasad organik, yaitu yang disebut teori organik, jelas kita akan mencari minyak dan gas bumi di daerah dimana sangat mungkin didapatkan zat organik yaitu di dalam lapisan sedimen. Dalam hal ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai cara terjadinya minyak bumi, seperti misalnya mengapa minyak bumi terbentuk di dalam lapisan reservoir, maka tentunya kita harus mencari faktor terjadinya di tempat minyak dan gas bumi tersebut didapatkan. Akan tetapi jika kita percaya bahwa minyak dan gas bumi itu dapat bermigrasi atau berpindah dari tempat asal dimana dia terbentuk ke daerah tempat dia terjebak atau terperangkap, maka yang kita cari adalah perangkap minyak dan gas bumi tersebut, walaupun tempatnya cukup jauh dari daerah asal terbentuknya. Juga mengetahui bahwa minyak bumi hanya terdapat dalam lingkungan laut saja, maka tentu minyak dicari di daerah sedimen marin, kecuali jika kita percaya bahwa minyak bumi dapat bermigrasi jarak jauh. Tetapi jika ternyata juga bahwa minyak bumi dapat terbentuk dalam sedimen nonmarin, kita pun akan mencarinya di berbagai cekungan sedimen yang tidak pernh mengalami genang laut. Dengan demikian maka daerah eksploitasi kita menjadi lebih luas lagi. Jadi, jika kita memang percaya bahwa minyak bumi dapat bermigrasi dalam jarak jauh, tidaklah menjadi soal lagi apakah kita mencarinya di dalam lapisan sedimen marin ataupun nonmarin karena yang penting disini adalah perangkapnya. Semua hal tersebut di atas menunjukkan bahwa penelitian mengenai asal minyak tidaklah hanya merupakan suatu minat akademis saja tetapi juga mempunyai penerapan yang langsung. Namun harus diingat pula bahwa semua eksplorasi dikendalikan berdasarkan teori, bahkan dewasa ini pengambilan suatu daerah kerja tidak semata-mata untuk mencari minyak tetapi kadang-kadang untuk suatu permainan ‘business’ saja. Misalkan suatu perusahaan yang kecil mendapat konsesi di Timur Tengah, maka untuk seorang awam hal ini tentu merupakan sesuatu yang luar biasa sehingga menyebabkan nilai saham dari perusahaan itu naik di bursa saham. Dengan demikian perusahaan itu akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan saham-sahamnya.
Di lain pihak, terlalu fanatik kepada suatu teori, dpt menyebabkan kita buta akan berbagai kemungkinan lainnya, dan dapat pula menghalangi usaha eksploitasi minyak dan gas bumi, sehingga memberikan peluang bagi perusahaan lain yang cara berpikirnya lebih terbuka mengenai teori terbentuknya minyak dan gas bumi untuk mengadakan eksplorasi di daerah yang lebih luas.
Dalam sejarah pengembagan eksplorasi minyak bumi di Indonesia banyak contoh mengenai ini, misalnya saja :
1)   Di SUMATERA SELATAN. Pada awal abad ke dua puluh, teori mengenai minyak bumi adalah bahwa minyak bumi selalu berasosiasi dengan lapisan batubara. Di Sumatera Selatan lapisan yang mengandung batubara ialah lapisan yang regrasif, yang kini dikenal sebagai Formasi Muara Enim dan Formasi Air Benakat. Pada waktu itu semua eksplorasi ditujukan pada lapisan dalam kedua formasi tersebut. Pada waktu itu suatu perusahaan mendapatkan konsesi daerah Pendopo Talang Akar, dan setelah mengadakan berbagai pengeboran yang menerobos lapisan kedua formasi itu ternyata tidak mendapatkan minyak, maka daerah itu dikembalikan kepada Pemerintah. Pada tahun dua puluhan suatu perusahaan yang sekarang menjadi P.T. Stanvac Indonesia mendapatkan kembali konsesi ini. Pada waktu itu perusahaan ini sadar bahwa selain di lapisan tersebut di atas, minyak bumi bisa pula terdapat di lapisan bawah yang terkenal sebagai lapisan transgresif dari Formasi Talang Akar. Pada pemboran selanjutnya ditemukan lapangan minyak Pendopo-Talang Akar yang sebelum perang dunia kedua merupakan lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.
2)   SUMATERA TENGAH. Suatu perusahaan mempunyai konsesi di Sumatera Tengah, dan pada waktu itu teori yang berlaku adalah bahwa minyak bumi dapat ditemukan dalam cekungan dengan lapisan sedimen yang cukup tebal. Berbagai penelitian di Sumatera Tengah menunjukkan bahwa lapisan sedimen di sana sangat tipis dan oleh karenanya daerah itu ditinggalkan. Kemudian daerah tersebut diambil alih oleh perusahaan lain yang sekarang terkenal dengan nama P.T. Caltex Pacific Indonesia yang dengan hanya mendasarkan pada adanya struktur antiklin, mengadakan pemboran eksploitasi dan ternyata mendapatkan minyak. Bahkan ketika di bor pada zaman pendudukan Jepang didapatkan lapangan minyak yang terbesar di Asia Tenggara, dan dewasa ini merupakan salah satu lapangan minyak raksasa di dunia. Lapangan ini sekarang dikenal dengan nama lapangan minyak MINAS, yang produksinya telah mencapai 1 miliyar barrel.
3)   IRIAN JAYA. Juga Irian Jaya merupakan suatu kasus yang sangat penting. Setelah 25 tahun diadakan eksplorasi di daerah ini, maka disimpulkan bahwa batuan induk di daerah di cekungan di Selawati di Irian Jaya tidak terlalu baik sehingga sangat diragukan untuk bisa mendapatkan suatu lapangan minyak dengan produksi yang besar di daerah itu. Dengan alasan itu daerah ini ditinggalkan. Dewasa ini Irian Jaya dieksplorasi kembali dan ditemukan suatu lapangan minyak yang kecil tetapi dengan produksi sangat besar, malahan yang paling besar di Indonesia yaitu 30.000 barrel setiap hari. Lapangan ini adalah lapangan minyak Kalsim.
Dari beberapa contoh di atas jelaslah, bahwa suatu teori dapat menghambat jalannya eksplorasi. Walaupun demikian kita harus mempunyai teori mengenai cara terjadinya minyak bumi untuk dipakai sebagai suatu pegangan dalam mengadakan eksplorasi. Dewasa ini teori mengenai asal organik minyak bumi boleh dikatakan telah diterima, sehingga kita ketahui bahwa habitat untuk terdapatnya minyak bumi adalah lapisan sedimen. Dalam hal ini segala macam batuan sedimen harus diperhitungkan. Juga mengenai ketebalan, yaitu makin tebal lapisan sedimennya makin baik kemungkinan keberhasilan eksplorasi minyak bumi. Walaupun demikian, adamya lapisan tipis, tidak boleh dilewatkan begitu saja. Dewasa ini masih terdapat dua teori utama mengenai asal terjadinya minyak bumi, yaitu :
1)   Teori anorganik atau abiogenesa, yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari proses anorganik. Teori ini telah lama tidak dianut lagi, namun pada tahun-tahun belakangan ini, di Rusia dihidupkan kembali, misalnya tulisan Porfir’ev (1974) yang mengemukakan kembali tentang cara terjadinya minyak bumi secara anorganik.
2)   Teori organik atau biogenesa, teori ini lebih dapat diterima oleh masyarakat umum di seluruh dunia terutama di luar Uni Soviet.
Teori mengenai cata terdapatnya minyak bumi harus didasarkan atas dua macam bukti, yaitu :
a.    Didasarkan atas percobaan laboratorium, yaitu bahwa proses organik ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya dalam alam. Dengan perkataan lain,proses kimianya harus betul dan harus terbukti di dalam laboratorium.
b.    Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data mengenai tempat terdapatnya minyak bumi, dalam keadaan yang bagaimana, serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini didapatkan dari hasil eksplorasi dari seluruh dunia. Jadi, tanpa kekecualian harus dapat menerangkan cara terdapatnya minyak bumi secara geologi di seluruh dunia.
Berikut  ini akan dibentangkan mengenai dua teori utama; mengenai berbagai keberatan serta kesulitan yang timbul, serta beberapa masalah yang masih belum dipecahkan dalam teori anorganik maupun dalam teori organik. Ternyata masih banyak persoalan yang timbul, juga dalam teori organik yang diterima masyarakat luas.

PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAKBUMI DI INDONESIA


PERKEMBANGAN UMUM
Minyakbumi telah dikenal rakyat Indonesia. Sejak abad pertengahan, misalnya saja penakaiannya oleh orang Aceh untuk memerangi armada Portugis. Industri minyakbumi modern dimulai pada tahun 1971, yaitu sewaktu untuk pertamakali diadakan usaha pemboran pencarian minyakbumi di Desa Maja, Majalengka, JawaBarat, oleh seorang pengusaha Belanda bernama Jan Reerink. Tetapi pomboran yang dilakukan di dekat suatu rembasan akhirnya mengalami kegagalan.
Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia ialah pada tahun 1883, yaitu dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said di dekat pangkalan Brandan di Sumatra Utara oleh seorang Belanda bernama A.G. Zeijlker. Penemuan itu kemudian disusul oleh penemuan lain, yaitu lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal. Pada waktu yang bersamaan juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu, Jawa Tengah, Minyak Hitam di dekat Muara Enim di Sumatera Selatan, dan Riam Kiwa di daerah Sanga-Sanga, Kalimantan.
Penemuan sumber minyak Telaga Said oleh Zeijlker merupakan modal pertama bagi berdirinya suatu perusahaan yang dewasa ini dikenal sebagai She11.

Menjelang akhir abad ke l9 terdapat 18 perusahaan minyak asing yang
beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan suatu perusahaan terbatas yang diberi nama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang dimodali dengan penemuan Zeijlker di Aceh tersebut. Perusahaan ini kemudian bersatu dengan Shell Transport Trading Company dan dilebur menjadi suatu perusahaan yang dinamakan The Asiatic Petroleum Company atau Shell Petroleum Company. Pada tahun 1907 didirikan Shell Group yang terdiri dari B.P.M., yaitu Bataafsche Petroleum Maatschappij, dan Anglo Saxon. Pada waktu itu di Jawa Timur masih terdapat suatu perusahaan yang namanya: Dordtsche Petroleum Maatschappij, tetapi perusahaan ini pun kemudian diambil alih oleh B.P.M. Pada tahun 1912 perusahaan Amerika mulai masuk di Indonesia dengan membentuk perusahaan N.V. Standard Vacuum Petroleum Maatschappij atau disingkat 'SVPM' yang mempunyai cabang di Sumatra Selatan dengan nama N.V.: N.K.P.M (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) yang sesudah perang kemerdekaan menjelma menjadi P.T. Stanvac Indonesia. Perusahaan minyak ini menemukan lapangan minyak Pendopo pada tahun 192l di Sumatra Selatan yang sebelum perang merupakan lapangan minyak terbesar di seluruh Indonesia.
Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada waktu itu, pemerintah Belanda mendirikan perusahaan gabungan pemerintah dengan B.P.M. yaitu: Nederlandsch Indische Aardolie Maatschappij (50% B.P.M., 50% pemerintah), yang sesudah perang dunia kedua menjadi P.T. Permindo dan kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. Pertamina.
Pada tahun 192O masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard Oil of California dan Texaco, yang pada tahuh 1930 membentuk N.V.N.P.P.M. (Nederlandsche Pacific Petroleum Mij) dan sekarang menjelma menjadi P.T. Caltex Pacific Indonesia. Perusahaan ini mengadakan explorasi secara besar-besaran pada tahun 1935 di Sumatra Tengah dan menemukan lapangan minyak Sebangga (1940) dan pada tahun 1941 lapangan minyak Duri. Di daerah konsesi perusahaan ini, pada tahun 1944 tentara Jepang menemukan lapangan raksasa Minas yang kemudian dibor kembali oleh Caltex pada tahun 1950.
Pada tahun 1935 untuk explorasi minyakbumi di Irian Jaya dibentuk suatu perusahaan gabungan antara B.P.M. (331/3%), N.P.P.M (331/3%), N.K.P.M (331/3%) suatu anak perusahaan yang diberi nama N.N.G.P.M. (Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij) dengan hak mengadakan explorasi minyakbumi di Irian selama 25 tahun (sampai tahun 1960). Pada tahun 1938 lapangan minyak Klamono ditemukan dan disusul dengan lapangan minyak Wasian, Mogoi dan Sele. Namun perusahaan ini tidak berhasil menemukan lapangan minyak yang berarti, dan pada tahun 1960 diserah-terimakan kepada perusahaan SPCo dan kemudian diambil alih oleh Permina pada tahun 1965. Ini adalah sejarah perkembangan industri minyak sebelum perang kemerdekaan.


SEJARAH METODA EXPLORASI DI INDONESIA
Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh B.P.M. yang pada waktu itu namanya Koninklijke. Pada waktu perusahaan ini mulai beroperasi di Indonesia disewanya 2 orang ahli geologi yaitu Dr.C. Porro seorang Itali dan seorang Swiss bernama Dr.C. Schmidt yang kemudian menjadi seorang gurubesar dalam ilmu Geologi di Brussel.
Kedua orang ahli ini telah berpengalaman di Eropa. Da1am perioda pertama hanya dilakukan pemetaan geologi permukaan dengan mengadakan explorasi di sepanjang sungai untuk mencari singkapan, dan baru kemudian juga melakukan pemboran. Suatu regu geologi pada waktu itu terdiri dari seorang ahli geologi yang terlatih secara akademis dan seorang asisten geologi yang pekerjaannya terutama mengkoordinasi buruh setempat. Biaya untuk regu yang demikian pada waktu itu sangat rendah.
Ahli geologi membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama peta struktur, dan kemudian dilakukan suatu prognose dan pemboran explorasi. Sampai perang dunia pertama explorasi sampai seribu meter sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi kemudian ternyata pemboran bisa dilakukan lebih dalam lagi. Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam mempergunakan mesin bensin.
Pada tahun 1920 suatu cara baru dimasukkan di Indonesia yaitu cara
geofisika. Yang pertama kali dipergunakan B.P.M. adalah metoda gravitasi dan kemudian juga metoda seismik. Cara gravitasi ini terutama dipergunakan di Indonesia pada tahun l924 setelah berhasil baik di Amerika Serikat. Penggunaan metoda seismik dilakukan di Indonesia semenjak tahun 1937. Permulaan pemakaian log oleh perusahaan Schlumberger dilakukan pada permulaan tahun tiga puluhan bersamaan juga dengan penerapan mikropaleontoLogi di Indonesia.
Metoda pemetaan udara dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1932, yaitu di Sumatra Selatan dan kemudian di Sumatra Utara pada tahun 1934. Pemetaan dilakukan oleh angkatan darat Hindia-Belanda dengan skala 1 : 10.000. Pada tahun l934 itu pula dilakukan pemetaan udara secara besar-besaran di Kepala Burung, Irian Jaya. Pemetaan udara berlangsung dari tahun 1935-1937. Pemetaan potret udara ini sangat membantu juga interpretasi geologi daerah tersebut. Pemetaan udara berikutnya terjadi pada tahun 1938 di Kalimantan.


1.3.3 PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAKBUMI DI INDONESIA
SETELAH PERANG KEMERDEKAAN
Pada revolusi fisik tahun 1945-1950 terjadilah pengambilalihan semua instalasi minyak oleh Republik Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T. Minyak Nasional Rakyat yang pada tahun 1954 nenjadi perusahaan Tambang Minyak Sumatra Utara. Pada tahun 1957 didirikan P.T. Permina oleh Kolonel Ibnu Sutowo yang kemudian menjadi P.N. Permina pada tahun 1960. Pada tahun 1959 N.I.A.M. menjelma menjadi P.T. Permindo yang kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. Pertamin. Pada waktu itu juga di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah telah berdiri P.T.M.R.I. atau Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia yang kemudian menjelma menjadi P.N. PERMIGAN dan setelah tahun 1965 dilikuidir dan diambilalih oleh P.N. PERMINA. Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan dan diganti dengan sistem kontrak karya. Pada tahun 1964 perusahaan SPCo diserahkan kepada P.N. PERMINA. Tahun 1965 merupakan tahun permulaan sejarah baru dalam perminyakan Indonesia dengan dibelinya seluruh kekayaan B.P.M. - Shell Indonesia oleh P.N. PERMINA. Pada tahun itu pula dimulai kontrak bagi-hasil (production sharing) yang menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah konsesi P.N. PERMINA dan P.N. PERTAMIN, sedangkan semua perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai kontraktor saja dengan hasil produksi minyak dibagikan dan
bukan dalam bentuk pembayaran royalty.
Sejak tahun 1967 explorasi besar-besaran di laut dan di darat dilaksanakan oleh P.N. PERTAMIN dan PERMINA dengan kontraktor asing. Tahun 1968 P.N. PERMINA dan P.N. PERTAMIN digabung menjadi P.N. PERTAMINA yang kemudian merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional dengan nama PERTAMINA (Perusahaan Tambang Minyak- dan Gasbumi Negara). Tahun 1969 merupakan tahun yang sangat penting karena ditemukannya lapangan minyak lepas pantai (yang kemudian diberi nama lapangan minyak Arjuna) di dekat Pamanukan Jabar dan tidak 1ama kemudian ditemukan pula lapangan minyak Jatibarang oleh PERTAMINA. Pada tahun 1970 menyusul ditemukannya lapangan minyak lepas-pantai Cinta dan lapangan minyak Ataka (Union oil) di lepas-pantai Kalimantan Timur. Pada tahun 1972 ditemukan lapangan minyak Kasim di Irian Jaya di daerah yang telah ditinggalkan oleh N.N.G.P.M., yang kemudian ternyata merupakan sumur dengan produksi yang paling besarr yaitu 20.000 barrel/hari.

PERKEMBANGAN METODA EXPLORASI MINYAKBUMI



Menjelang abad ke-20, atau 50 tahun sesudah penemuan sumber minyak pertana yang komersiil di Amerika Serikat, sedikit sekali bantuan teknik yang diberikan atau dicari untuk penentuan lokasi pemboran.
Minyak biasanya ditemukan dengan membor di dekat rembasan dtau indikasi permukaan, malahan kadang-kadang dengan pemboran secara membabi buta. Pencarian minyak dengan penggunaan metoda ilmiah memang memberikan hasil, namun pemboran membabi buta pada waktu itu sekali-kali masih juga menghasilkan lapangan minyak yang bernilai ekonomi.
Pada tahun 1912 para ahli geologi mulai mengadakan perpetaan singkapan untuk penentuan tempat pemboran yang paling baik. Hasil penerapan ilmu untuk pencarian minyakbumi memberikan hasil yang sangat menggembirakan dan dalam waktu beberapa tahun saja struktur yang memberikan harapan telah dibor sampai kedalaman yang dapat dicapai oleh alat pembor. Pada waktu itu alat bor hanya mampu membor 1000 sampai 1300 meter dengan menggunakan bor tumbuk (cable tool). Pada tahun 1921 metoda pemboran putar (rotary-drilling) pertama kali dipergunakan di lapangan minyak Spindletop di Texas. Dengan ditemukannya berbagai macam baja yang lebih baik, metoda pemboran dengan cara putar diperbaiki dan pada permulaan tahun duapuluhan cara baru ini merupakan metoda utama untuk pemboran sumur. Perbaikan alat pemboran putar memungkinkan pemboran sampai kedalaman 1500 sampai 2000 meter, yang tidak dapat dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Dewasa ini tentu teknologi pemboran telah lebih maju lagi dan dapat mencapai kedalaman 24.000 kaki atau 8.000 meter.

Pada permulaan tahun 1920 para ahli geologi baru dapat menghargai adanya struktur yang tidak terlihat pada permukaan dan dengan demikian dimulailah metoda explorasi bawah permukaan. Pemboran inti mulai dipergunakan, begitu pula penggalian sumuran untuk mencari lapisan penunjuk yang dapat dipetakan di bawah permukaan. Sumur yang dibor dilog lebih teliti lagi dan juga cara mengumpulkan serta menganalisa keratan pemboran diperbaiki. Dengan demikian didapatkan informasi yang lebih baik lagi dari data pemboran. Paleontologi mulai dipergunakan untuk mencari korelasi lapisan beberapa sumur, dan hal ini terutama telah mengembangkan ilmu mikropaleontologi yang mempelajari fosil renik di bawah mikroskop. Juga pada waktu yang sama adanya mineral pun terutama mineral berat dipergunakan untuk mencari korelasi seperti tersebut di atas. Di tahun duapuluhan penggunaan metoda listrik untuk penlogan mulai dikembangkan dan akhir permulaan tahun tigapuluhan penlogan listrik (electric logging) merupakan prosedur baku bagi pemboran sumur. Cara ini telah berkembang dari tahun 1920 sampai sekarang dan merupakan cara yang sangat penting terutama dengan ditemukannya konsep perangkap stratigrafi.
Perkembangan paling penting dalam pencarian minyakbumi adalah ditemukannya berbagai cara geofisika, yang oleh industri minyak Amerika mulai dipergunakan pada pertengahan tahun duapuluhan.
Metoda yang pertama kali ialah metoda seismik refrasi yang dikembangkan oleh beberapa ahli Jerman pada tahun 1923 di New Mexico untuk memetakan suatu patahan (zona patahan), tanpa memberikan hasil. Setelah dilakukan berbagai perbaikan berhasillah mereka melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah Gulf-coast pada tahun 1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya dalam waktu yang sangat pendek. Sebetulnya para ahli Amerika telah mulai mengadakan experimen yang sama pada tahun 1919 dan regu lapangan yang pertama, mulai bekerja pada tahun 1925. Metoda ini telah pula berhasil mendapatkan sejumlah kubah garam yang dangkal di daerah Gulf-coast dan beberapa di antaranya ternyata merupakan kubah yang produktif. Akan tetapi metoda bias tersebut ternyata tidak memberikan hasil yang baik di beberapa daerah 1ain. Oleh karena itu pada tahun duapuluhan orang mulai kehilangan kepercayaan. Pada tahun 1929 metoda seismic reflaksi dikembangkan oleh para ahli Amerika. Ternyata kedalaman tegak dapat dijangkau dengan cara ini dapat mencapai beberapa ribu kaki. Penggunaan cara ini memberikan hasil sangat menakjubkan. Pada tahun 1930 hanya beberapa regu saja yang beroperasi di lapangan. Pada tahun 1935 dari beberapa regu itu telah meningkat menjadi beberapa puluh dan pada akhir tahun 1943 menjadi 250.
Pada tahun 1923, bersamaan waktunya dengan dimasukkannya cara seismik refraksi (bias) suatu prinsip pencarian minyakbumi yang lain diimpor dari Eropa ke Amerika, yaitu metoda gravitasi. Alat yang dipergunakan ialah neraca puntir ((torsion balance), suatu penemuan Hongaria tahun 1890.
Ternyata metoda ini juga memberikan hasil yang besar dalam pencarian kubah garam di daerah Gulf-coast, tetapi kurang berhasil untuk daerah pegunungan. Gravimeter jenis lainnya dikembangkan di berbagai laboratorium Amerika menjadi suatu alat yang cukup baik dan masih dipergunakan dewasa ini. Juga pada permulaan tahun duapuluhan metoda magnetik dikembangkan. Metoda tersebut ditemukan dan dikembangkan di Jerman dan ternyata merupakan metoda yang sangat baik.
Pada tahun l940 pemboran lepas pantai pertama kali dimulai di Louisiana, Amerika Serikat. Pada tahun 1950 pertama kali helikopter dipergunakan untuk menunjang explorasi seismik di Irian Jaya. Pada tahun 1958 pertama kali dilakukan pemboran dengan penggunaan helikopter sebagai alat angkut, juga di Irian Jaya, pada pemboran sumur Wapili di Pulau Salawati. Boleh dicatat bahwa pemboran dengran helikopter sebagai alat angkut, untuk pertama kali dilakukan di dunia di Irian Jaya. Pada tahun 1960 dimulai explorasi seismik secara besar-besaran di lepas pantai. Da1am tahun enam puluhan terjadi kemajuan luar biasa dalam penggunaan cara seismik.Pita rekaman mulai dipergunakan untuk pencatatan. Metoda pengolahan data seismik secara elektronik juga telah dimulai menggunakan komputer, antara lain dilakukan cara pencatatan secara mendetail. Menjelang akhir tahun enam puluhan dikembangkan pula cara yang dinamakan penginderaan jauh (remote-sensing).

PERKEMBANGAN UMUM INDUSTRI MINYAKBUMI



Di dalam sejarah manusia, minyakbumi mungkin pertama kali ditemukan atau dikenal orang di Timur Tengah, di Iran atau Parsi Kuno yang juga dikenal sebagai daerah Mesopotamia. Di daerah ini minyakbumi mula-mula dikenal sebagai rembasan dan sumber yang terdapat dipermukaan bumi. Nabi Nuh yang diperkirakan hidup di daerah ini adalah manusia yang mungkin untuk pertama kalinya memanfaatkan minyakbumi atau dalam ha1 ini aspal (teer) untuk melapisi perahunya, agar tidak kemasukan air. Di zaman-zaman berikutnya diduga bahwa di daerah ini terdapat rembasan gasbumi yang telah terbakar dan kemudian merupakan unggun api yang abadi. Maka timbullah agama parsi (Zoroaster) yang menyembah api abadi tersebut.
Di zaman Harun Al-Rashid minyakbumi telah pula dikenal, dan Harun Al-Rashid menggunakannya sebagai bahan pembakar, namun tidak banyak diketahui mengenai bahan itu. Istilah yang diberikan oleh Harun Al-Rashid untuk minyakbumi tersebut adalah naphta. Hal ini terjadi jauh sebelum perkembangan minyakbumi yang modern timbul.
Pada zaman Cina Kuno telah pula dikenal industri pengusahaan minyakbumi. Menurut catatan sejarah, orang Cina malahan telah mencoba membor minyakbumi sejak zaman sebelum Masehi.
Industri minyakbumi yang modern timbul di Amerika Serikat pada abad ke- 19, yang segera disusul oleh beberapa negara Eropa dan bagian dunia lainnya. Sebelum ditemukan pengusahaannya secara komersiil, minyakbumi telah sejak lana dikenal di Amerika Serikat terutama sebagai rembasan. Minyakbumi yang didapatkan dari berbagai sumber pada permukaan bumi, semula sering dianggap sebagai barang aneh dan juga diperjual belikan sebagai obat. Orang Indian menggunakannya untuk mencoret-coret/ menghiasi mukanya di waktu perang. Juga di Eropa, minyakbumi telah lama dikenal di beberapa daerah, terutama di Romania dan juga di bagian Eropa Barat lainnya. Permunculan minyakbumi itu telah merupakan juga suatu keanehan yang menarik perhatian para sarjana pada zaman itu. Akan tetapi jauh sebelum minyakbumi dipergunakan dalam industri, Haquet pada tahun 1794 telah mengemukakan teorinya bahwa minyakbumi berasal dari daging ataupun zat organik lainnya, seperti kerang atau moluska. Hal ini dikemukakan terutama karena batuan yang mengandung minyak biasanya mengandung juga fosil binatang laut.
Pada tahun 1805 Von Humbold dan Gay Lussac mengira bahwa minyakbumi berhubungan dengan aktivitas gunung api, sebagai contoh misalnya, gunung Vesuvius. Ide serupa, dikemukakan pula oleh orang ahli geologi Perancis Virlet d'Aoust pada tahun 1834. Teorinya didasarkan pada gejala bahwa seringkali minyakbumi ditemukan bersama-sama dengan lumpur gunung api.
Pada tahun l842 Sir William Logan, direktur Jawatan Geologi Canada menghubungkan terdapatnya rembasan minyak dengan struktur antiklin, seperti dilihatnya di pulau Gaspe yang terdapat di mulut sungai St. Lawrence. Mungkin ini merupakan pengamatan Pertama yang menghubungkan terdapatnya minyakbumi dengan antiklin. Pada tahun 1847 di Glasgow (Inggris) untuk pertama kali ditemukan suatu cara mengolah minyakbumi menjadi minyak lampu yang menggantikan lilin yang pada waktu itu merupakan sumber penerangan utama. Dengan ditemukannya cara pengolahan tersebut maka minyakbumi menjadi bahan yang dicari oleh banyak pengusaha. Hal ini menimbulkan suatu ide pada seorang pensiunan militer di Amerika Serikat; yaitu Kolonel Wi11iam Drake untuk membor minyak yang dapat diproduksikan secara komersiil. Tahun 1859 mempakan saat bersejarah yang sangat penting, yaitu saat permulaan timbulnya industry minyak. Pengeboran dilaksanakan di Titusville, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, dan minyak berhasil ditemukan serta diproduksikan dari kedalaman 69 kaki. Pemboran dilakukan di dekat suatu rembasan atau sumber minyakbumi, dan ternyata dapat dihasilkan produksi yang lebih besar daripada yang keluar dari rembasan. Sejak saat itulah pemboran merupakan satu-satunya cara untuk mengexploitasi dan menqexplorasi minyakbumi secara komersiil.
Pada tahun berikutnya Henry D. Rogers seorang gurubesar pada Universitas Glasgow mengadakan pengamatan di daerah Pennsylvania dan melihat bahwa akumulasi minyakbumi yang ditemukan William Drake terdapat pada sumbu antiklin. Rogers sangat mengetahui keadaan geologi daerah produksi tersebut. Satu tahun kemudian teori antiklin dinyatakan secara resmi oleh Sterry Hunt dalam suatu ceramah di Montreal, Canada, dan dipublikasikan da1am suatu maja1ah bernama ‘Montreal Gazette’ pada tanggal 1 Maret 1861. Teori mengenai mulajadi akumulasi dan terdapatnya minyakbumi merupakan suatu teori klasik dan bertahan sampai dewasa ini dengan hanya sedikit perbaikan saja. Judul asli tulisan tersebut adalah 'Notes on the History of Petroleum' (Rock Oil) . Dalam tahun yang sama, yaitu tahun 1861, B.B. Andrews seorang gurubesar ilmu geologi pada Marietta College di negara bagian Virginia barat menunjukkan pula terdapatnya minyak- dan gasbumi sepanjang sumbu antiklin di dekat Cairo, di negara bagian Virginia barat. Ia pun menghubungkan sumber minnyak- dan gasbumi tersebut denqan sumbu antiklin, akan tetapi diterangkannya akumulasi local minyak- dan gasbumi tersebut merupakan hasil retakan yang terjadi di atas sumbu antiklin yang batuannya telah dihancurkan oleh pengangkatan dan pelipatan. Andrews dan Hunt kedua-duanya yakin, bahwa retakan yang terjadi dalam batuan yang mengandung minyak tersebut merupakan faktor penting bagi terdapatnya akumulasi di atas sumbu antiklin. Dalam pada itu Prof. Alexander Winchell dari Universitas Michigan pada tahun 186O berpendapat bahwa batupasirnya sendiri cukup mempunyai kesarangan (porositas) untuk mengandung minyak tanpa adanya retakan. Berbagai prinsip yang telah dikemukakan oleh Logan, Rogers, Hunt, Andrews dan Winchell sedikit sekali diperhatikan oleh berbagai perusahaan minyak pada waktu itu. Dalam hal ini I.C. White rupa-rupanya adalah ahli geologi pertama yang mendemonstrasikan kebenaran teori antiklin untuk akumulasi minyak- dan gasbumi, dengan mendatangi suatu lapangan dan menunjukkan lokasi pada struktur tersebut dengan berhasil. Dengan teori tersebut dia menemukan beberapa lapangan minyak baru di negara bagian Pennsy1vania. Teori antiklin tersebut cukup berhasil dan diterima oleh para ahli geologi di zaman itu, namun masih juga ditentang oleh para ahli geologi terkemuka. Walaupun demikian, berbagai kritik terhadap teori antiklin tidak merubah pentingnya struktur sebagai suatu faktor dalam akumulasi minyak- dan gasbumi dan merupakan suatu fakta yang secara menndarah daging diakui oleh para ahli geolqgi minyakbumi sampai sekarang. Pada tahun 1886 E. Orton memberikan suatu karya lengkap mengenai geologi minyak- dan gasbumi, dimana antara lain ia berkesimpulan bahwa minyakbumi berasal dari zat organik.
Walaupun teori antiklin telah berhasil dan menunjukkan pentingnya geologi untuk mencari minyak- dan gasbumi, baru pada tahun 1897 suatu perusahaan minyakbumi yaitu Southern Pacific Oil Company menyewa seorang ahli geologi untuk mencari minyak dengan berhasil. Pada permulaan abad ke-20 semua perusahaan minyakbumi di Amerika Serikat telah mempunyai bagian geologi sebagai 'Exp1oration Departement'. Hal ini merupakan zaman baru dalam sejarah industri minyakbumi. Pada tahun 1917 di Amerika Serikat tidak ada perusahaan minyakbumi tanpa seorang ahli geologi. Tahun itu juga merupakan permulaan suatu era dalam sejarah ilmu geologi minyakbumi, dengan didirikannya 'the American Association of Petroleum Geologists' yang berkedudukan di kota Tulsa, Oklahoma, suatu perhimpunan ilmiah para ahli geologi yang menkhususkan diri pada pencarian minyak- dan gasbumi.
Menjelang akhir abad ke-19 pencarian minyakbumi serta timbulnya industry minyakbumi telah menyebar juga ke luar Amerika Serikat, terutama ke Amerika Latin (misalnya Mexico mulai pada tahun 1890), dan ke Eropa Timur seperti Romania dan Rusia (di sekitar daerah Baku), kemudian juga ke Burma dan Indonesia yang merupakan daerah penting bagi pencarian minyakbumi pada waktu itu. Di daerah Timur Tengah minat untuk explorasi dimulai pada tahun 1919, tetapi karena berbagai kesulitan politik dengan Perancis dan Inggris maka perusahaan Amerika baru pada tahun 1927 dapat membor sumur yang pertama dan menemukan lapangan minyak Kirkuk sekitar tahun itu. Sumur pertama, menyembur tanpa dapat dikendalikan dan menghasilkan seratus ribu barrel minyak per hari. Pemboran selanjutnya menunjukkan bahwa lapangan Kirkuk merupakan suatu lapangan yang cukup besar.
Hanya beberapa tahun sebelum Perang Dunia II (yaitu pada tahun 1939) beberapa lapangan minyak raksasa ditemukan di Saudi Arabia dan di Kuwait, maka dengan ini dimulailah sejarah penemuan berbagai lapangan minyak raksasa di Timur Tengah. Daerah lain untuk pencarian minyakbumi pada waktu itu adalah India, Burma dan Indonesia.
Baru setelah Perang Dunia II pencarian minyakbumi dilakukan juga di berbagai daerah seperti Aljazair, Sahara atau di daerah Afrika lainnya, begitu pula Australia. Timbullah pencarian minyak di lepas pantai terutama di tahun enampuluan (60).